KABARACEH, KOTA JANTHO: Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) I Kota Jantho, Aceh Besar merupakan salah satu sekolah yang menjadi pilot projek dalam pelaksanaan program Sistem Pendidikan Terpadu (SPT) yang canangkan oleh Pemkab Aceh Besar sejak 2017 lalu, tetapi kini kondisinya cukup memprihatinkan bahkan terkesan diabaikan.
Mengapa tidak, sekolah yang seharusnya menjadi contoh dalam sistem pelaksanaan proses belajar mengajar bagi sekolah lain di Aceh Besar justeru terlihat memprihatinkan, terutama sarana dan prasarana yang tersedia. Sehingga program SPT yang diharapkan jadi pendorong peningkatan SDM generasi di berbagai segi, kini terancam.
Molornya perhatian pemerintah terhadap SMPN I Kota Jantho terlihat jelas pada kondisi yang terjadi saat ini, sejumlah tembok pagar sudah tampak miring dan mau roboh dan pagar BRC yang memagari baguan depat juga sudah copot, karena beton pondasi sudah hancur akibat dimakan usia, akibatnya pagar BRC yang ada terpaksa ditopang memggunakan pelepah kelapa sawit.
Padahal, sekolah tersebut terletak di lintas Jalan Protokol yang dilalui oleh pejabat tinggi Aceh Besar setiap hari. Kecuali itu sekolah tersebut juga diapit oleh Kantor Dinas PUPR dan Dinas Kesehatan yang notabenya adalah instansi yang berfokus pada proses pembangunan fasilitas umum pemerintah dan penanganan kesehatan kepada lingkungan dan masyarakat.
Kecuali Pagar Sekolah, tingkat ketersediaan air bersih juga cukup dikeluhkan di Sekolah tersebut, mengapa tidak, penerapan program STP telah meningkatkan sejumlah kegiatan siswa yang mengarah pada kebutuhan air bersih yang banyak, karena ada sejumlah kegiatan ibadah wajib dan sunat yang diterapkan di sekolah tersebut, sementara kondisi suplai air bersih kerab mengalami mati total. Tidak jarang para siswa harus keluar lingkungan sekolah untuk mrlaksanakan ibadah wajib ke masjid tersekat bahkan tidak jarang siswa cepat pulang karena tidak dapat melaksanakan slaat ashar di sekolah akibat tidak ada air.
Ketua Komite SMPN I Kota Jantho, M Amin K Neh, yang dikonfirmasi media ini di Kota Jantho baru baru ini, mengaku telah mengajukan proposal kepada pemerintah Aceh Besar untuk menangani sejumlah permasalahan tersebut, namun hingga saat ini belum ada sebuah titik terang terkait adanya alokasi anggaran untuk pembangunan sejumlah fasilitas Urgan di sekolah tersebut.
“Kondisi pagar dan air bersih memang menjadi fokus kita selama ini, sebab kondisi pagar yang sudah hancur dan sumber air bersih yang masih bermasalah. Proposal sudah pernah kita ajukan, tetapi realisasinya kita belum tahu,” kata Amin, yang juga salah satu kader politisi di Kota Jantho.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Besar, Dr. Silahuddin yang dikonfirmasi melalui Kabid Dikdasnya, Drs. Imran, membantah bila pihak sekolah tersebut telah mengajukan proposal untuk pembangunan Pagar sekolah tersebut dan sejumlah kebutuhan lainnya.
“Hingga saat ini kami belum menerima proposal untuk pembangunan pagar sekolah itu,” bantah Imran.
Lebih lanjut kata Imran, pos anggaran untuk membangun pagar sekolah itu bisa di ajukan ke salah satu pos anggaran bersumber dari APBA (otsus), sementara untuk pos DAK, kata Imran tidak dapat merealisasi untuk Item tersebut. Secara pasti sambung Imran, untuk posisi Alokasi Anggaran 2020 murni tidak ada pos untuk merealisasi pembangunan pagar sekolah SMPN I kota Jantho itu, kecuali diusulkan pada anggaran perubahan nantinya.
“Untuk pos anggaran di DPA murni 2020 tidak ada kecuali diusulkan pada perubahan mendatang,” timpalnya lagi.
Pada kesempatan tersebut Imran menyarankan, untuk menanggulangi kondisi pagar yang sudah rusak dan roboh, pihak sekolah dapat memanfaatkan dana Bos. Sementara untuk usulan bangun baru dapat diusulkan pada perubahan 2020 mendatang.
“Sekolah boleh menggunakan dana bos untuk merehab pagar tersebut, sebagai upaya penanggulangan sementara,” demikian saran Imran, yang dikonfirmasi media ini melalui saluran telpon, Selasa siang (25/2/20). (ALAN)