Harga Pupuk Melambung Tinggi,  Petani di Gayo Menjerit

KABARACEH, REDELONG: melonjaknya harga pupuk membuat petani di dataran Tinggi Gayo, khususnya di Bener Meriah dan Aceh Tengah menjerit. Pasalnya hasil harga panen tidak sebanding dengan modal yang harus dikeluarkan petani. Minggu 24/7/2022)

Para petani kentang dan tomat di Bener Meriah dan Aceh Tengah mengeluh harga-harga pupuk semakin mahal. Sementara harga tomat dan kentang cenderung tidak stabil. Hal ini membuat para petani seringkali merugi karena harga jual yang rendah sementara mereka harus mengeluarkan banyak modal untuk memberi pupuk dan obat-obatan agar panen mereka berhasil.

Read More

Aman Adisa salah seorang petani di tomat di Bener Meriah menyebutkan saat ini harga tomat Rp 2000/kilo  turun dari harga sebelumnya yaitu Rp 5000/kilo. Ia menyebutkan jika dibandingkan harga pupuk seperti pupuk merk Blue Spesial dengan harga Rp 550.000/sak kini harganya naik menjadi 900.000/sak.

Begitu juga salah satu petani di Aceh Tengah aman Turas, juga mengatakan dirinya kewalahan untuk membeli pupuk seperti merk Makro Star yang dulu dibeli dengan harga Rp 450.000/sak  kini menjadi Rp 750.000. Itu baru harga pupuk belum lagi pestisida untuk melawan hama hama tanaman atau perlengkapan pertanian lainnya  juga melonjak naik. 

Aman Adisa menyebutkan jika sebelumnya mengeluarkan modal sekitar Rp 4 juta – 4,5 juta  untuk satu pate bibit tomat kini dengan harga pupuk yang melambung ia harus mengeluarkan modal Rp 6 juta- 7,5 juta bahkan lebih untuk satu pate bibit tomat. Meskipun harga tomat mahal namun penghasilan yang didapat tidak seberapa apalagi jika harga tomat turun seperti saat ini yang hanya Rp 2000/kilo.

Kondisi ini juga terjadi di komoditas-komoditas pertanian lain terutama untuk tanaman-tanaman yang memerlukan modal tinggi dengan perawatan insentif dan penggunaan pupuk dan pestisida yang masif.

Hal ini sebenarnya sudah dikeluhkan sejak lama oleh para petani akibat melonjak yang harga pupuk di pasaran. Tapi tidak ada pilihan lain para petani harus tetap bertahan dan bercocok tanam meski harga-harga pupuk terus melambung demi menghidupi keluarga mereka sebagai seorang petani 

“Ya bagaimana lagi meski sebenarnya tidak sebanding dengan usaha dan hasil yang didapat tapi tidak boleh berhenti kita terus terus berusaha demi menghidupi keluarga”ujar aman Adisa, lirih (ARS)

Related posts