BANDA ACEH, KABARACEHONLINE.COM: Memperingati 20 tahun gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004, Penjabat (Pj) Aceh Besar yang diwakili Kalaksa BPBD Aceh Besar Ridwan Jamil S.Sos MSi menghadiri peringatan Dua Dekade Taunami Aceh yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Rabu (11/12/2024).
Kegiatan itu dilaksanakan oleh lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) melalui Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) bertema “Dua Dekade Gempa dan Tsunami Aceh : Merawat Ingatan, Membangun Ketangguhan”.
“Alhamdulillah, hari ini saya mewakili Bapak Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto hadir, sekaligus mengapresiasi kegiatan yang sangat berguna dan bermanfaat bagi generasi masa depan terutama dalam menjaga dan melestarikan dokumen sebagai arsip sejarah, terutama sejarah bagaimna Tsunami terjadi dan upaya rekontruksi dan rehabilitasi dilakukan,” ujar Ridwan Jamil.
Sementara itu, Plt. Kepala ANRI, Imam Gunarto, dalam sambutannya menekankan pentingnya arsip sebagai media untuk merekam dan mempelajari sejarah.
“Ingatan manusia terbatas, dan arsip memungkinkan kita untuk mereview kembali peristiwa masa lalu sebagai bahan pembelajaran,” ujarnya.
Imam juga mengimbau masyarakat yang masih menyimpan dokumen atau foto terkait tsunami agar menyerahkannya ke Balai Arsip Tsunami Aceh.
“Kami akan membantu mendigitalkan arsip tersebut sehingga masyarakat bisa menyimpan versi digitalnya, sementara dokumen aslinya dirawat oleh negara,” sebutnya.
Kepala BAST ANRI, Muhammad Ihwan, juga menyoroti betapa pentingnya arsip untuk memahami dampak sosial dan psikologis dari tsunami.
“Dari arsip, kita bisa mempelajari bagaimana masyarakat Aceh, yang diprediksi akan mengalami tekanan psikologis berat, justru mampu bangkit dan menunjukkan ketangguhan luar biasa,” katanya.
Arsip-arsip tersebut kini diakui sebagai memori dunia dan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi generasi mendatang.
Dengan semangat melestarikan sejarah, Ihwan berharap seluruh lapisan masyarakat dapat berkontribusi dalam menyelamatkan arsip-arsip berharga untuk memastikan pengalaman masa lalu menjadi pembelajaran berharga bagi masa depan.
Dalam acara ini juga dilakukan peluncuran aplikasi Memorygraph yang dirancang untuk mendokumentasikan arsip secara digital dan mempermudah generasi muda dalam mempelajari sejarah tsunami. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat melihat foto-foto dan data sejarah di lokasi sebenarnya menggunakan teknologi terkini.
“Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk ‘berjalan-jalan’ melihat perbedaan kondisi masa lalu dan saat ini, seperti Kapal Apung atau lokasi lainnya. Teknologi ini membantu generasi muda lebih memahami sejarah,” jelasnya.
Sementara itu, Konsul Jenderal Jepang di Medan, Takonai Susumu, juga hadir dan menyampaikan kedekatan emosional masyarakat Jepang dan Aceh.
“Kami memahami penderitaan akibat gempa dan tsunami, karena Jepang juga sering mengalaminya, seperti pada tsunami 2011. Dukungan kami untuk Aceh terus berlanjut, termasuk dalam penyimpanan arsip dan upaya mitigasi bencana,” ungkapnya.
Jepang telah mendukung penyimpanan arsip Aceh sejak awal bencana melalui bantuan teknologi dan sumber daya manusia. Kolaborasi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Universitas Kyoto, untuk memastikan arsip-arsip penting dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan mitigasi bencana di masa depan. (Slm)