Aminullah Raih Penghargaan The Best Visionary Leader Tingkat Nasional

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman

KABARACEH, BANDA ACEH: Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman menambah deretan penghargaan berkaliber nasional yang diterimanya. Kali ini datang dari Sindo Media yang memberinya predikat Indonesia Visionary Leader (IVL) 2019.

Wali Kota Aminullah bersama 23 kepala daerah: gubernur, bupati, dan wali kota pilihan se-Indonesia, sebelumnya telah mengikuti Program IVL Season 5 dan 6. Sebagai satu-satunya perwakilan dari Aceh, Aminullah mendapatkan penghargaan untuk kategori “The Best in Supporting Local Entrepreneurship”.

Plakat penghargaan diserahkan oleh Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Akmal Malik pada malam Inagurasi IVL di Lido Lake Resort, Sukabumi, Jawa Barat, Kamis, 27 Februari 2020.

Sebagai informasi, program IVL merupakan ajang bagi para pemimpin daerah untuk membuktikan kekuatan visi kepemimpinannya. Penghargaan yang diberikan kepada 24 kepala daerah itu telah menjalani proses penilaian dari para panelis yang sangat kompeten di bidangnya.

Para panelis dimaksud adalah Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Akmal Malik, Rektor Universitas Paramadina Firmanzah, Ketua Pembina Indonesia Institute For Corporate Directorship, serta Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute dan pakar komunikasi politik UIN Jakarta Gun Gun Heryanto.

Aminullah berharap dengan adanya penghargaan ini bisa dijadikan motivasi dirinya untuk dapat terus membangun Banda Aceh lebih baik lagi ke depannya.

“Tentu ini sangat berharga sekali bagi saya dimana menjadi motivasi bagi saya dalam rangka untuk mewujudkan Banda Aceh yang lebih baik untuk masa yang akan datang dan bahkan untuk Indonesia,” ujar Aminullah usai menerima penghargaan.

Penghargaan itu, katanya, juga dipersembahkan bagi seluruh jajaran Pemkot dan warga Banda Aceh. “Bahwa apapun kita buat yang baik tentu ada penilaiannya. Ini sangat bergengsi karena sudah melalui tahapan penilaian yang sangat selektif oleh para ahli di bidangnya. Penghargaan ini saya persembahkan bagi warga ‘Kota Gemilang’ karena sangat tinggi nilainya dan sangat berarti bagi kami.”

Terkait dengan kategori penghargaan yang diterimanya, mantan Dirut Bank Aceh ini mengatakan, upaya memajukan entrepreneur muda dan pengusaha kecil telah dicanangkannya sejak pertama ia menjabat sebagai wali kota. “Banda Aceh sebagai kota dagang dan jasa harus punya program ekonomi yang mantap,” ujarnya.

Langkah pertama, ia mendirikan lembaga keuangan mikro syariah PT Mahirah Muamalah untuk membantu permodalan bagi pengusaha kecil yang tak bisa mengakses perbankan. “Alhamdulillah sudah ribuan pelaku UMKM yang kita bantu termasuk pedagang asongan dan nyak-nyak penjual sayur di kaki lima. Dan PT Mahirah pun berkembang pesat. Belum sampai dua tahun aset sudah di atas Rp 26 miliar.”

Kemudian pelatihan skill dan penyaluran peralatan/perlengkapan kerja bagi angkatan kerja rutin digelar di Banda Aceh, baik melalui baitul mal maupun dinas atau lembaga terkait. “Dan yang tak kalah penting, program 1.001 event setahun dan menggalakkan sektor wisata juga telah mendorong tumbuhnya UMKM dan pengusaha-pengusaha muda kreatif di Banda Aceh.”

“Jumlah UMKM Banda Aceh melonjak tajam dari 2017 berjumlah 9.591 unit, menjadi 10.944 unit pada 2018. Tahun lalu naik lagi menjadi 12.012. Saat ini UMKM telah menjelma sebagai tulang punggung perekonomian kota, sejalan-seiring dengan pariwisata yang terus kita genjot,” katanya.

Semua upaya tersebut telah mendongkrak perekonomian masyarakat dan kota secara umum. “Pertumbuhan ekonomi Banda Aceh terus naik, dari 3,39 pada 2017 menjadi 4,49 persen pada 2018. Pendapatan per kapita juga naik dari Rp 64,2 juta menjadi Rp 66,2 juta per tahun. Kemudian inflasi juga turun dari 4,86 ke 1,93 persen.”

Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banda Aceh 2019 yang tercatat 85,07 juga menjadi terbaik nasional. “Kita memang masih di bawah Yogyakarta dengan IPM 86,65, tapi Jaksel bisa kita salip karena IPM-nya di bawah Banda Aceh yakni 84,75,” tuturnya.

Naiknya IPM Banda Aceh tak terlepas dari tren menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran dari tahun ke tahun. “Angka kemiskinan 2017 7,44 persen, 2018 7,25, dan 2019 tersisa 7,22. Sementara pengangguran pada 2018 tinggal 7,29 persen, turun jauh dari 12 persen pada 2015 silam,” ujarnya. (RED)

Related posts