KABAR ACEH, TAKENGON: Pagi itu sekitar pukul 07:00 WIB, penulis melihat ibu-ibu dan anak-anak terduduk rapi di bangku mereka masing-masing. Dihadapan mereka juga terlihat ribuan biji kopi, para penyertir kopi ini memilih biji kopi yang super kualitas premiun. tampak para buruh sortir kopi ini, mata mereka terus menatap biji yang rusak atau dalam bahasa lokal (Pesel) biji yang tidak bagus.
Jemari para buruh sortir kopi ini tampak terlihat lihai dan lincah memilih biji kopi yang rusak, mereka mengumpulkan biji kopi yang super kualitas premiun sedikit demi sedikit, dan para pengepul kopi ini membayar mereka per satu kilo gram sebesar Rp.1000.
Biasanya para buruh sortir kopi ini menerima upah setelah terkumpul banyak kilo mereka yang iya dapatkan. Meski di massa pandemi para buruh ini tidak pernah mengabaikan pola 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan dengan sabun) yang telah di anjurkan pemerintah pusat.
Para ibu-ibu ini sangat terlihat bahagia saat bekerja sebagai buruh, meski memilih biji kopi mereka juga tertawa ria dan sambil bercerita.
Meski di masa pandemi saat ini, para wanita tanguh mencari pundi-pundi rupiah tetap semangat dan ceria. Meski demikian mereka tetap menjaga protokol kesehatan disaat jam kerja dan tak lupa juga mereka menerapkan 3M untuk mencegah virus.
Rita Ningsih, ibu dari dua anak ini sangat lincah melihat jemarinya memilih biji kopi yang berserak di meja dengan bentuk segi empat itu.
“Sudah terbiasa memilih biji kopi yang tidak bagus, awalnya saya juga sangat kaku memilih biji kopi ini namun seiringnya waktu jemari saya sudah tidak kaku lagi,” ujarnya Rabu (25/11/2020).
Saat disinggung mengenai wabah covid-19 ini iya pun langsung menjawab sambil tersenyum pertanyaan yang di lontarkan penulis kepada dirinya.
“Bukan kita tidak mempercayai adanya virus ini, namun kita tetap waspada dan menjaga kebersihan diri kita, dan menjaga jarak maksimal dengan teman bekerjanya,” sebut wanita itu.(Ilmansyah Putra)