Wakili Pj Bupati, Sekda Aceh Besar Buka Rakor Penanganan Stunting yang Diikuti Kepala SMA dan SMK

Picture of KABAR ACEH
KABAR ACEH
Sekdakab Aceh Besar Drs Sulaimi M.Si membuka Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting dengan tema peran kepala sekolah pada skrining anemia dan peningkatan konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri di Aula Dekranasda, Kamis, 10 Oktober 2024. (Foto/ MC Aceh Besar)

KOTA JANTHO, KABARACEHONLINE.COM: Penjabat (Pj) Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto S.STP MM yang diwakili oleh Sekda Drs Sulaimi MSi, membuka Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) yang diikuti 63 kepala SMK/SMA di wilayah Kabupaten Aceh Besar, di Aula Dekranasda Aceh Besar, Kamis (10/10/2024).

Hadir dalam kesempatan itu, Kadis PPKB PP dan KB Kabupaten Aceh Besar Drs Fadhlan, Kadiskes Aceh Besar Anita SKM MKes, Kacabdin Pendidikan Aceh wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh Syarwan Joni SPd MPd, pejabat OPD terkait serta undangan lainnya.

Dalam sambutannya, Sekda Aceh Besar yang juga Ketua TPPS Aceh Besar, Sulaimi mengungkapkan, sosialisasi dengan tema peran kepala sekolah pada skrining anemia dan pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri (peserta didik perempuan) itu diikuti para kepala SMA dan SMK se-Aceh Besar. Ajang itu  sangat penting dan butuh dukungan semua stakeholder untuk penanganan stunting secara masiv di Aceh Besar.

Sulaimi mengatakan, sosialisasi ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan koordinasi dan kerjasama untuk mewujudkan anak-anak Aceh Besar yang terbebas dari stunting, sebagaimana yang diamanahkan oleh Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting. “Upaya pencegahan dan percepatan penurunan angka stunting sudah menjadi komitmen kita bersama, yang dilakukan secara terpadu, holistic dan integrative, yang melibatkan berbagai komponen dan elemen, baik pemerintah, masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan,” katanya.

Ditambahkan, capaian pembangunan pada sektor pendidikan merupakan salah satu indikator yang berkontribusi terhadap pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Aceh Besar yang secara terus- menerus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sektor pendidikan dan kesehatan, ujar Sulaimi, berkontribusi terhadap capaian IPM tersebut.

Pada kesempatan itu, ia menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak, sebagai akibat dari kurang asupan gizi kronik yang telah berlangsung lama dan akibat infeksi yang terjadi pada anak. Stunting dapat menyebabkan seorang anak mengalami gagal tumbuh, sehingga perawakannya kerdil dan tinggi badannya tidak sama dengan anak normal seusianya. Akibat selanjutnya adalah apabila seorang anak dalam kondisi stunting, maka akan mengalami hambatan pada pertumbuhan struktur otak, akibatnya akan mengalami hambatan pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah nantinya.

Dengan demikian, lanjutnya, stunting akan mempengaruhi kualitas input pendidikan berupa peserta didik yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan standar kompetensi semakin hari semakin tinggi dan menuntut kemampuan berpikir lebih tinggi juga. Dampak berikutnya dari pada stunting adalah dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap penyakit jantung, diabetes dan hipertensi. Adapun berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), angka stunting pada bulan September sebesar 17%. Kalaulah dapat dicegah dan diturunkan angka stunting, maka akan mengantispasi kehilangan generasi cerdas pada masa yang akan datang. Semua pihak tak ingin anak-anak tidak mampu bersaing pada dunia yang penuh persaingan saat ini seperti yang terjadi pada rekrutmen CASN saat ini.

Dengan demikian, harus dilakukan kerja keras dan kerja cerdas dengan melibatkan semua pihak mulai Pemerintah Pusat sampai kepada pemerintah gampong untuk melakukan aksi dan intervensi mencegah stunting. Pencegahan stunting tidak hanya dilakukan kepada ibu hamil, baduta dan balita, namun harus dilakukan lebih dini kepada calon ibu, yaitu remaja putri yang pada hari ini menjadi peserta didik.

Sebagai upaya untuk mencegah dan menurunkan angka stunting, telah ditetapkan dua intervensi, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitive. Intervensi spesifik merupakan penyebab langsung terjadi stunting, sedangkan intervensi sensitive bukan penyebab langsung terjadinya stunting. Pada intervensi spesifik terdapat 11 indikator, indikator pertama adalah remaja putri mendapat skrining anemia secara periodik dan remaja putri mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). Hal ini perlu dilakukan karena remaja putri rentan mengalami anemia.

Untuk itu, Sekdakab Aceh Besar mengharapkan dukungan para kepala sekolah untuk mendorong peserta didik perempuan agar melakukan pemeriksaan anemia dan melakukan sosialisasi dan mendampingi peserta didik perempuan untuk mengkonsumsi tablet tambah darah. Sosialisasi itu dapat juga dilakukan dengan melibatkan para guru mata pelajaran yang relevan seperti guru mata Pelajaran Biologi, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan serta guru Bimbingan Konseling. Sosialisasi tersebut juga dapat dilakukan melalui integrasi dengan mata pelajaran yang relevan, sehingga akan terbangun persepsi pada peserta didik terhadap pentingnya melakukan skrening anemia dan mengkonsumsi tablet tambah darah.

Sementara itu, Drs Fadhlan menambahkan, sosialisasi penurunan stunting itu diikuti 63 kepala SMA dan SMK yang ada di Aceh Besar. Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut, dapat meningkatkan kontribusi dan peran kepala sekolah pada kegiatan skrining anemia dan peningkatan konsumsi tablet tambah darah untuk remaja putri (peserta didik perempuan).(Slm)

KABAR LAINNYA
KABAR TERKINI