BANDA ACEH, KABARACEHONLINE.COM: Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenkraf) resmi membuka kegiatan Bootcamp Akselerasi Fesyen Muslim Indonesia yang berlangsung di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, Rabu, 22 Oktober 2025.
Program ini merupakan bagian dari upaya pembinaan dan fasilitasi bagi pelaku subsektor fesyen muslim Indonesia yang telah melalui proses kurasi ketat.
Kegiatan yang berlangsung hingga 25 Oktober 2025 tersebut diikuti 20 peserta dari 10 jenama fesyen muslim terpilih hadir mengikuti pelatihan intensif bersama mentor dan praktisi industri kreatif nasional. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari proses kurasi yang telah dilaksanakan pada 17–19 Oktober 2025.
Dalam sambutannya, Direktur Fesyen Deputi Bidang Kreatifitas, Budaya, dan Desain Kemenkraf, Romi Astuti, menyampaikan apresiasi kepada para jenama terpilih yang berasal dari berbagai daerah, termasuk Aceh, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta.
“Ini adalah jenama-jenama terbaik yang telah melewati proses kurasi ketat. Mereka bukan hanya siap di tingkat lokal, tetapi kami dorong agar mampu menembus pasar nasional, bahkan ekspor,” ujar Romi Astuti.
Romi menegaskan bahwa subsektor fesyen merupakan salah satu dari tiga penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif nasional, bersama kuliner dan kriya. Pertumbuhan subsektor ini terbukti signifikan dalam menyerap tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Indonesia kini menempati peringkat pertama dunia dalam pengembangan ekosistem fesyen muslim, sebagaimana tercatat dalam State of Global Islamic Economy Report 2024–2025. Pencapaian ini meningkat tajam dari posisi ke-15 dalam satu dekade terakhir.
“Indonesia telah menjadi kiblat fesyen muslim dunia. Namun jangan hanya menjadi kiblat konsumsi. Kita harus tampil sebagai pemimpin dalam kreasi, produksi, dan inovasi,” tegas Romi.
Kepala Program Kerja Bimbingan Teknis dan Dukungan Kelembagaan Direktorat Fesyen Glory Maudy Paath, menjelaskan bahwa Bootcamp ini dirancang sebagai program berjenjang yang tidak hanya mencakup pelatihan teknis, tetapi juga pendampingan bisnis serta penguatan jejaring kerja (networking).
“Program ini bukan sekadar pelatihan, melainkan gerbang bagi jenama lokal untuk menembus pasar nasional bahkan global. Peserta akan didampingi dan difasilitasi dalam peningkatan kualitas produk, penguatan merek, serta daya saing,” jelas Glory.
Dukungan juga datang dari Pemerintah Aceh melalui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Dedy Yuswadi, yang menegaskan komitmen daerah dalam mengembangkan subsektor fesyen muslim.
“Pemerintah Aceh terus berupaya memperkuat daya saing produk lokal di pasar global sekaligus membuka lapangan kerja baru. Sejak 2022, Aceh konsisten menggelar Aceh Muslim Fashion Festival, yang tahun ini sukses dilaksanakan di Jakarta dengan menghadirkan delapan desainer lokal,” ungkap Dedy.
Ia berharap kegiatan serupa dapat diperluas ke wilayah tengah dan barat selatan Aceh yang juga memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Menutup kegiatan, Kemenkraf menyampaikan apresiasi kepada seluruh mitra dan pemangku kepentingan yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan program ini.
“Kegiatan ini bukan hanya pelatihan, tetapi langkah strategis menuju masa depan industri fesyen muslim Indonesia yang lebih inklusif, kompetitif, dan berkelanjutan,” pungkas Romi Astuti. []











