Air Mengalir dan Sumringah Warga Kampung Owaq

Picture of KABAR ACEH
KABAR ACEH
Kini Air Bersih telah mengalir ke Kampung Owaq Kecamatan Linge.

KABAR ACEH – ACEH TENGAH: Kampung Owaq, Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu kampung yang masuk ke dalam data kampung krisis air bersih, data ini didukung oleh fakta dilapangan, dimana masyarakat Kampung Owaq hingga saat ini masih mengalami kesulitan terhadap air bersih.

“Dari jaman saya kecil, hingga saat ini air bersih merupakan salah satu masalah paling krusial yang kami hadapi disini,” ujar Husain (52 thn), salah seorang warga kampung tersebut, Sabtu (22/02/20).

Kampung Owaq merupakan desa yang letaknya sangat jauh dari ibu kota Kabupaten Aceh Tengah, Takengon, jarak antara Takengon-Owaq sekitar 67,9 KM menuju arah Blang Kejeren Kabupaten Gayo Lues, dengan waktu jarah tempuh sekitar 2 hingga 2,5 jam.

Sepanjang perjalanan menuju Kampung Owaq dengan melintasi jalur Danau Laut Tawar, Bintang dan seterusnya, mata kita akan dimanjakan oleh betapa indahnya panorama alam dataran tinggi tanoh gayo, liku jalan yang berkelok membelah hamparan pegunungan yang ditumbuhi barisan pepohonan pinus yang tampak hingga sejauh mata memandang.

Begitu juga tidak kalah menarik jika kita melakukan perjalanan ke Owaq melalui alternatif rute kedua yaitu Takengon, Pegaseng, Isaq hingga ke Owaq, sepanjang jalan Pegaseng-Isaq, kita disuguhi keindahan hamparan pegunungan hijau dengan jalan berkelok hingga kepuncak Bur Lintang, dimana jalan Puncak Bur Lintang ini dibangun dengan sangat sempurna kontruksinya diatas puncak pegunungan yang keindahannya tidak terlukiskan jika hanya dengan kata-kata.

Demikian juga dengan lanjutan perjalanan menuju Kampung Owaq ketika melewati Isaq, sepanjang jalan yang kita lalui senantiasa mengikuti kelok sungai Owaq dengan diiringi rindangnya pohon pinus yang memenuhi hamparan pegunungan disisi kiri dan kanan sepanjang perjalanan.

Meski perjalanan menuju Owaq menyajikan sejuta keindahan panorama alam Tanoh Gayo, Owaq tetaplah hanya sebuah kampung daerah lintas antara Aceh Tengah-Blang Kejeren, yang berdasarkan data pemilih tetap hanya berjumlah sekitar 250-an pemilih, dengan mata pencarian bertani dan beternak kerbau, dengan permasalah utama masyarakatnya adalah tidak adanya ketersediaan air bersih, sementara selama ini mereka hanya bergantung kepada air sungai yang keruh atau dengan cara membuat bak penampung air hujan.

Berdasarkan realita tersebut, pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui Dinas Perumahan Pemukiman (Perkim) pada tahun 2018 mengajukan pembangunan Sarana Air Bersih (SAB) ke Pemerintah Pusat, dikarenakan ketersediaan air bersih bagi seluruh maayarakat merupakan prioritas utama program Pemerintah Pusat secara nasional, maka usulan dari Pemda Aceh Tengah tidak mengalami kesulitan dan pada tahun 2019, usulan tentang SAB oleh Pemda Aceh Tengah disahkan oleh pusat.

Menurut Kadis Perkim Aceh Tengah, Armaida, ada beberapa titik SAB yang dibangun pihaknya pada tahun 2018, dimana sudah barang tentu kesemuannya itu di bangun dikawasan desa pedalaman yang memang benar-benar bermasalah dengan ketersediaan air bersih. Dari sekian puluh titik desa yang mendapat alokasi dana pembangunan SAB, Kampung Owaq merupakan salah satu desa penerima manfaat kegiatan tersebut.

“Bangun dari keprihatinan kita terhadap masyarakat pedalaman yang kesulitan akan ketersediaan air bersih, maka kita saat mengusulkan kegiatan ini ke pusat, Alhamdulillah, berkebetulan masalah SAB ini merupakan program prioritas nasional, maka pemerintah pusat respek, segera disahkan dan segera direalisasikan pada tahun 2019 kemarin,” ujar Wahyuna mantan PPTK kegiatan yang mendampingi Armaida saat itu.

Kepada Kabar Aceh, Wahyuna menjelaskan, khusus Kampung Owaq, ia mengaku sejak dari awal sudah sangat prihatin terhadap kondisi masyarakat disana yang memang belum pernah merasakan adanya ketersediaan air yang layak dikomsumsi sejak setelah sekian lama desa itu berdiri. Hal ini disampaikan Wahyuna karena ia mengaku pada tahun 2012 dirinya mengaku pernah ditugaskan dikawasan itu untuk merancang suatau program unggulan dimasa kepemimpinan bupati saat itu.

Berawal dari pengalaman selama menetap disana dalam kurun waktu yang lumayan lama hingga sempat terkena penyakit malaria tropica dan adanya rasa prihatin terhadap kondisi masyarakat yang rindu akan adanya air bersih didesa mereka itulah, maka Wahyuna memasukkan Kampung Owaq sebagai prioritas utama penerima kegiatan program pembuatan SAB tahun 2019.

Menurut Wahyuna, yang mengaku terlibat langsung mulai dari surpey awal mulai dari sumber air yang akan digunakan sebagai intek maupun rute jalur yang akan dipasang pipa, jarak antara sumber air dengan Kampung Owaq sekitar 8,5 KM, melalui satu titik ngarai atau lembah yang kemudian jalur pipa harus mendaki setinggi 700 M dari lembah tersebut.

Mendapati rintangan seperti ini, ternyata tidak membuat niat Wahyuna dan tim nya surut untuk tetap mengupayakan bagaimana caranya masyarakat Kampung Owaq harus bisa menikmati sarana air bersih ditahun 2019 itu.

Setelah melakukan surpey dan study kelayakan, lalu proyekpun dilelang, hingga muncul perusahaan pemenang.

Ternyata seiring perjalanan pengerjaan proyek tersebut, kenyataan tidaklah semudah yang dibayangkan, berbagai permasalah muncul dilapangan, mulai dari penolakan pekerjaan proyek dari segelintir orang tanpa adanya kejelasan alasan, hingga ada yang menolak mentah-mentah ketika kebunnya yang nota benenya masih hutan belantara dilewati aliran pipa proyek pekerjaan.

Berbagai upaya terus dilakukan oleh Wahyuna dan kawan-kawan demi mewujudkan ketersediaan air bersih bagi masyarakat Owaq sesuai yang telah berpuluh tahun mereka impikan.

Dan tepat pada akhir Desember 2019 kemarin, proyek itupun selesai dikerjakan, 26 KK masyarakat Kampung Owaq serasa baru bangun dari mimpi kelam yang sudah berkepanjangan sejak pendahulu mereka mendirikan perkampungan.

“Kenapa hanya 25 KK atau 25 rumah yang kami pasang saluran airnya, karena, pertama Kampung Owaq terdiri dari dua bagian pak, bagian pertama berada disebelah sebelum jembatan dan yang kedua berada disisi seudah jembatan, dengan jarak antara keduanya lumayan jauh, kedua, ketersediaan anggaran yang diplotkan hanya sampai ketitik akhir yang sekarang,” ungkap Wahyuna yang diiyakan oleh Armaida.

Namun, lanjut Wahyuna, untuk kedepan, masyarakat bisa mengusulkan baik anggaran dana desa maupun ke pemerintah kabupaten untuk lanjutan pemasangan jaringan pipa yang mengubungkan antara tituk akhir pemasangan pipa saat ini menuju bak penampungan yang nanti dibangun sesuai dengan kebutuhan.

“Sesuai anggaran yang tersedia, kita hanya membangun jaringan air bersih sampai dititik akhir yang ada saat ini, dimana pada titik tersebut hanya mampu menjangkau 25 buah rumah yang letaknya berada disekitar titik akhir jaringan, nah untuk kedepan, silakan masyarakat mengusulkan untuk penambahan jaringan,” lanjut Wahyuna.

“Kami sangat bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada pemerintah Kabupaten Aceh Tengah yang dalam hal ini Dinas Perkim, karena sejak seingat saya, masyarakat kampung kami ini, belum pernah merasakan adanya air bersih, karena selama ini kami hanya mengkonsumsi air sungai yang selain kondisinya sangat keruh dan tidak layak konsumsi, jarak untuk menuju kesungai tersebutpun sangat jauh dan memakan waktu, nah sekarang, air bersih sudah datang kedalam rumah kami,” ujar Husain dengan mata berkaca-kaca.(RB)

KABAR LAINNYA
KABAR TERKINI