Puluhan Wartawan Ikuti Pelatihan Jurnalistik dan Kemah Konservasi di CRU Serbajadi

KABARACEH, TAKENGON: Puluhan wartawan mengikuti Pelatihan Jurnalistik Lingkungan dan Kemah Konservasi di Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, (16-18 Desember 2020).

Kegiatan bertema ‘Peuseulamat Uteun, Ta Jaga Bangsa’ ini digelar oleh Yayasan Konservasi Alam Timur Aceh (Yakata) yang bekerjasama dengan Forum Konservasi Leuser (FKL), Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH), TFCA Sumatera dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh.

Read More

Pelatihan kali ini mengundang sejumlah pemateri nasional, seperti Wicaksono dari kalangan praktisi media yang juga mantan wartawan Tempo, Fitrian Ardiansyah dari IDH, Rudi Putra dari Forum Konservasi Leuser (FKL), Muhammad Ishak dari Harian Waspada, dan sejumlah pemateri lainnya dari kalangan aktivis lingkungan.

“Melalui kegiatan ini, kami berharap agar seluruh peserta baik itu jurnalis dan fotografer khususnya di Kabupaten Aceh Timur, menjadi pelopor untuk mengedukasi publik dalam menjaga serta melestarikan lingkungan, karena hutan merupakan elemen penting bagi kehidupan manusia, baik sebagai penyedia air dan udara,” kata Ketua Yakata, Zamzami Ali Umri Balqiah dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (18/12/2020).

Zamzami menyebutkan bahwa luas tutupan hutan di Aceh, khususnya di Aceh Timur saat ini berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini terjadi akibat perubahan dan alih fungsi hutan atau Deforestasi yang terjadi secara terus menerus.

Akibat kegiatan ilegal kehutanan yang terjadi seperti perambahan dan illegal logging, tambahnya, justru masyarakat lah yang menjadi korban karena harus menerima dampak serta menanggung resikonya.

Seperti banjir yang melanda Aceh Timur pada awal Desember kemarin, setidaknya 21.397 jiwa atau 6.969 KK mengungsi dan 86.724 jiwa atau 25.641 KK lainnya ikut terdampak.

Banjir setinggi 30 cm hingga 2 meter itu setidaknya menggenangi belasan ribu unit rumah warga yang tersebar di sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Timur.

“Banjir yang terjadi baru-baru ini adalah salah satu bukti sahih, betapa mengerikannya dampak yang harus ditanggung oleh kita semua. Belum lagi konflik satwa liar dan manusia, longsor, kekeringan dan sebagainya. Ini tidak terjadi begitu saja, tetapi karena lingkungan atau hutan yang telah rusak,” tegasnya.

Di sisi lain, Zamzami juga berharap melalui Pelatihan Jurnalistik Lingkungan ini, para peserta yang terdiri dari wartawan online, cetak dan elektronik dapat mengaplikasikan ilmu dan wawasan yang didapatkan agar bisa mengedukasi publik terkait pentingnya menjaga lingkungan khususnya hutan yang ada di Kabupaten Aceh Timur.

“Hutan Aceh Timur saat ini masih sangat luas dan indah sekali. Oleh karenanya perlu dirawat dan dijaga, sehingga dapat diwariskan ke anak cucu kita kelak sebagai pemegang estafet di masa yang akan datang,” tutup Ami, sapaan akrabnya. (REL)

Related posts