Wali Nanggroe Berikan Gelar Kehormatan untuk Dua Almarhum Tokoh GAM

Picture of KABAR ACEH
KABAR ACEH
Pemberian Gelar Kehormatan Wali Nanggroe Aceh kepada Alm. Tgk Ilyas Leube dan Alm. Tgk Abdullah Syafi’i, yang diterima oleh keluarga masing-masing di Meuligoe Wali Nanggroe, Aceh Besar, Senin (6/12/2021)

KABARACEH, BANDA ACEH: Wali Nanggroe Aceh, Tgk. Malik Mahmud al-Haytar, memberikan gelar kehormatan kepada dua almarhum Tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yaitu Tgk Ilyas Leube dan Tgk Abdullah Syafi’i. Hadir dalam kegiatan itu Asisten III Setda Aceh, Iskandar AP, Ketua DPRA Dahlan Jamaluddin, Ketua KPA Pusat Muzakir Manaf, Kepala Sekretariat Khatibul Wali, dan para anggota Majelis Tinggi Wali Nanggroe.

Penyematan medali berupa pin emas dilakukan langsung oleh Wali Nanggroe, dan diterima oleh Munadi, anak kandung Teungku Ilyas Leube serta Fathimah, adik kandung Tgk Abdullah Syafi’i, di Meuligoe Wali Nanggroe, Senin 6/12/2021.

Kepada Almarhum Tgk. Ilyas Leube, Wali Nanggroe memberikan gelar kehormatan berupa Gelar Sri Alam. Gelar ini adalah gelar kehormatan kepada pejabat kerajaan setingkat menteri. Sementara untuk Almarhum Tgk. Abdullah Syafi’i diberikan Gelar Perkasa Alam. Gelar ini merupakan gelar yang diberikan kepada panglima tertinggi angkatan bersenjata kerajaan.

Malik Mahmud mengatakan, pemberian gelar kehormatan tersebut merupakan wewenang Wali Nanggroe, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Pemerintah Aceh dan Qanun Nomor 10 tahun 2019. Disebutkan bahwa Wali Nanggroe bisa memberikan dan mencabut gelar kehormatan kepada seseorang dan badan dengan nama-nama gelar berdasarkan tradisi sejarah, bahasa, dan adat istiadat rakyat Aceh.

“Gelar kehormatan sebagai bentuk apresiasi kepada tokoh yang telah berkontribusi dalam perjuangan Aceh, penegakan dinul Islam, perdamaian Aceh, keadilan dan kemakmuran Aceh,” kata Wali Nanggroe. Atas dasar tersebut, kedua tokoh perjuangan GAM itu diberikan gelar kehormatan oleh Malik Mahmud.

Tgk. Ilyas Leube adalah tokoh kharismatik dari Dataran Tinggi Gayo, yang mengabdikan dirinya dalam tiga era perjuangan. Almarhum merupakan pejuang mulai era penjajahan Jepang, Belanda, DI-TII dan Gerakan Aceh Merdeka.

Dalam kabinet GAM, almarhum adalah Perdana Menteri ke dua yang menjabat sejak tahun 1980-1982, Dewan Syura GAM sejak tahun 1977-1982, dan Menteri Kehakiman GAM tahun 1977-1982. Almarhum lahir di Kenawat, Aceh Tengah pada tanggal 20 Januari 1920, dan syahid dalam sebuah pertempuran di Jeunieb pada 16 April 1982.

“Dalam memori masyarakat Aceh, Tgk. Ilyas Leube tidak hanya dikenal sebagai tokoh di tiga era perjuangan, tapi juga sebagai alim ulama. Beliau merupakan salah seorang cendikiawan terbaik yang pernah dimiliki Aceh,” kata Wali Nanggroe.

Selanjutnya adalah Tgk. Abdulah Syafi’i. Dia merupakan panglima GAM yang syahid dalam sebuah pertempuran bersama istrinya pada tanggal 22 Januari 2002 di Cubo, Pidie Jaya. Almarhum lahir di Gampoeng Seuneuboek Rawa, Peusangan, Bireuen, pada 12 Oktober 1947. “Tgk. Lah (sapaan Abdullah Syafi’i) telah mengabdikan seluruh hidupnya, baik jiwa, harta dan keluarga demi perjuangan melawan ketidak adilan yang berlaku di bumi Aceh,” kata Malik Mahmud.

Almarhum Abdullah Syafi’i,bergabung dalam perjuangan GAM. pada usia 29 tahun, tepatnya sehari sebelum deklarasi kemerdakaan Aceh di gunong Halimon Pidie. Ia kemudian diangkat resmi sebagai Panglima GAM Komando Pusat Tiro pada 1 Januari 1993. Ia kemudian meninggal dalam sebuah pertempuran, bersama istrinya. Saat itu beliau masih menjabat sebagai Panglima GAM. “Syahidnya Tgk. Lah pada masa itu telah membawa duka mendalam bagi segenap bangsa Aceh,” kata Wali Nanggroe. Ia melanjutkan, jika almarhum Abdullah telah meninggalkan semangat bangsa Aceh untuk meneruskan perjuangannya.

Wali Nanggroe mengajak semua masyarakat Aceh untuk mendoakan kedua pahlawan Aceh tersebut. “Semoga Tgk. ILyas Leube, Tgk. Abdullah Syafi’i dan ribuan syuhada perjuangan Aceh lainnya mendapatkan balasan syurga dari Allah Subhana Wataala,” ujar Wali, sembari berharap bahwa sejarah hidup dua pahlawan Aceh tersebut harus dijadikan pedoman, pembelajaran, dan pengingat dalam setiap gerak perjuangan yang dilanjutkan pada hari ini, melalui perjuangan politik. [REL]

KABAR LAINNYA
KABAR TERKINI