Literasi Digital, Tak Hanya Bisa Mengoperasikan Alat Tapi Juga Bertanggung Jawab

Picture of KABAR ACEH
KABAR ACEH

KABARACEH, ACEH TIMUR: Dr. Siti Nabilah, S.Sos.I., M.Pd, Praktisi Pendidikan  mengatakan saat ini sekolah online mempunyai kondisi inequality atau ketidaksetaraan, bahkan Nadim Makarim, Mendikbudristek menyatakan “Kelamaan belajar di rumah beresiko Lost Generation.

Hal tersebut dikatakan Siti Nabilah selaku pemateri pada acara Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Sumatera II yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Idi, Kabupaten Aceh Timur, Senin, (21/06/2021). 

Dr. Siti Nabilah, S.Sos.I., M.Pd, dalam materinya tentang Digtal Skill, dengan Thema: “Digital Skill In Action – Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital”

Siti Nabilah mengatakan prubahan sedang berlangsung, yang perlu dikerjakan dan disesuaikan dengan  situasi khusus di mana sekolah berada. “Tidak ada strategi ajaib yang bisa  diterapkan di mana saja, kapan saja,” kata Siti Nabilah

Menurutnya Ada beberapa platform pembelajaran online, diantaranya: rumah belajar, meja kita, icando, google for education, IndonesiaX, ruang guru dan sebagainya.

Sementara Bupati Kabupaten Aceh Timur H. Hasballah bin HM Thaeb., SH yang hadir sebagai keynote speaker mengatakan tujuan diadakan Literasi Digital adalah agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, sehingga bermanfaat dalam membangun daerahnya masing masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengadakan kegiatan Literasi Digital untuk mengedukasi dan mewujudkan masyarakat agar paham akan Literasi Digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 Kota / Kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI / Polri, Orang Tua, Pelajar, Penggiat Usaha, Pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang akan diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture dimana masing masing kerangka mempunyai beragam thema.

Digital Culture

Sementara Adi Khairi Rahmi Relawan TIK Provinnsi Aceh dalam materinya  tentang Digital Culture bertemaThema: “Mengenal Lebih Jauh Tentang UU ITE Terkait Perlindungan Data Pribadi” menjelaskan tidak dapat dipungkiri bahwa hampir setiap aktivitas dalam kehidupan kita di era digital membutuhkan data pribadi.

“Pemanfaatan data pribadi tersebut memerlukan tata kelola yang  baik dan akuntabel  dalam pemprosesannya. Oleh karena itu, perlu dibutuhkan regulasi yang kuat dan Komprehensif untuk memastikan pelindungan terhadap data pribadi secara memadai,” sebut Adi.

Adi Khairi Rahmi mengatakan lebih dari 132 negara telah memiliki instrumen hukum yang secara khusus mengatur mengenai  privasi dan data pribadi warga negaranya.

Adi juga menjelaskan tentang apa itu data pribadi, yaitu Setiap data tentang Sesorang baik yang terindentifikasi atau dapat di identifikasi secara tersendiri atau dikombinasikan dengan informasi lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem elektronik atau non elektronik.

Menurut Adi ada 2 jenis data pribadi yaitu Data pribadi umum; Nama, agama, kewarganegaraan, jenis kelamin dan sebagainya. Dan Data pribadi spesifik;  Data informasi kesehatan, biometric, genetika, pandangan politik dan keuangan pribadi.

“Tidak ada system yang sempurna, selalu tingkatkan  literasi digital anda dan terus dynamic karena keamanan  selalu berbanding terbalik dengan keyamanan, pesan Adi Khairi.

Digital Safety

Pemateri lainnya Muh. Nur Fajar Relawan TIK mengatakan jejak digital merupakan keseluruhan data digital yang membentuk jejak digital yang tersimpan di perangkat maupun yang tersimpan online.

“Jejak digital dapat melalui postingan di media sosial, belanja di marketplace, game online, aplikasi yang dituju, pencarian di google dan sebagainya, jelasnya

Menurutnya potensi negatif dari jejak digital yaitu Phising: penambilan data seperti data pribadi, data akun (password, username), data financial (kartu kredit, rekening dan sebagainya). Dan Doxing: pencemaran nama baik.

Nur Fajar menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: Jangan pernah posting identitas diri di media sosial. Atur privasi dan keamanan di media sosial, google. Dan Gunakan akun yang berbeda. Aktifkan autentifikasi dua faktor di facebook dan instagram serta verifikasi dua langkah di whatsapp serta Cek kembali izin aplikasi.

“Selanjutnya kita bisa cek apakah email kita sudah dicuri ? Cara melihatnya adalah Buka monitor.firefox.com haveibeenpwned.com, masukan alamat email lalu perhatikan apakah email kita sudah bocor ?,” jelasnya.

Dipemaparan terakhir, NurFajar menyatakan perlakukan password layaknya celana dalam, yaitu ganti secara berkala, jangan berbagi ke orang lain, jangan sampai mudah ditebak.

Digital Ethics

Sementara Dosen Pendidikan Elektro UIN Ar Raniry Banda Aceh Ridwan, MT menyampai materi dengan  thema: “Tips Mngenal Berita Palsu dan Verifikasi”

Ridwan memberikan tips dan cara cek kebenaran sebuah informasi, dengan cara jangan langsung percaya dengan judul. Cermati tautan atau link. Amati jika ada format beritanya tidak wajar. Cek tanggalnya dan Bandingkan dengan berita lain.

Selanjutanya Ridwan menjelaskan cara   mengatasi berita palsu atau hoax di dunia maya, antara lain apakah judulnya provokatif, cek alamat situsnya, periksa fakta apakah hanya dari satu sumber?, cek keaslian foto dan ikuti grup diskusi anti hoax misalnya forum anti fitnah hasut dan hoax (FAFHH), Fanpage Indonesia Hoax dan sebagainya.

Untuk mencari kebenaran informasi dapat mengunjungi pada laman data.turnbackhoax.id, laman : https://www.kominfo.go.id/content/all/laporan_isu_hoaks.

Ditutup dengan pernyataan Ridwan yaitu Baca jangan hanya judul, teliti sumbernya dan share bila bermanfaat.

Sharing Session

Sri Ayu Wahyuni Salah seorang influencer 10,5 K follower menagatkan seorang pengguna media digital yg memiliki kecakapan literasi digital yang bagus itu, tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Bijak dalam mengelola media social, karena dapat mempengaruhi reputasi profesional.

“Tips mengenali berita palsu dan langkah verifikasi, dengan mengecek kebenaran info, jangan langsung percaya dengan judul, cermati tautan, amati jika ada format berita yg tidak wajar, cek foto dengan google images dan sebagainya,” katanya. (RD)

KABAR LAINNYA
KABAR TERKINI