KABARACEH, TAKENGON: Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Aceh ke -XXXV akan dihelat pada 18 -25 Juni 2022 di Kabupaten Bener Meriah. MTQ ini akan diikuti oleh peserta dari seluruh kabupaten yang ada di Aceh.
Sebagai tuan rumah, Bupati Bener Meriah, Tgk H Sarkawi ketika rapat koordinasi dan penetapan peserta MTQ Aceh XXXV Tahun 2022 di Aula Setdakab Bener Meriah. Kamis, 2 Juni 2022, mengungkapkan harapannya MTQ Aceh tersebut dapat menciptakan generasi-generasi Qur’ani baik untuk Aceh secara umum, dan untuk Kabupaten Bener Meriah secara khususnya.
Kapan sejarah MTQ dimulai? Dalam cacatan sejarah, MTQ pertama kali di gelar sejak 1940-an, ditandai dengan terbentuk Jami’iyyatul Qurro wal Huffadzo didirikan Nahdlatul Ulama, ormas terbesar di Indonesia. Lalu semenjak 1968, kala Menteri Agama dijabat K.H. Muhammad Dahlan, MTQ dilembagakan secara nasional dan pertama kali digelar di Makassar di bulan Ramadhan 1968.
Jika sebelumnya yang dilombakan hanya cabang Tilawah, selanjutnya berbagai cabang lain juga turut mulai dilombakan, yakni cerdas cermat, pidato, kaligrafi, Karya Tulis Ilmiah dan lain sebagainya. Pada perkembangannya, MTQ juga merambah diselenggarakan antar dan di dalam instansi tertentu termasuk pada lembaga pemerintahan.
Hingga kini MTQ di Indonesia telah berlangsung 29 kali, setiap tahunnya sejak periode 1968. Untuk Aceh, MTQ tingkat provinsi telah berlangsung 34 kali dan MTQ ke 35 tahun ini akan berlangsung di Kabupaten Bener Meriah.
MTQ adalah festival keagamaan Islam Indonesia yang diadakan di tingkat nasional yang bertujuan untuk mengagungkan Al Quran. Mendekatkan jiwa umat Islam kepada kitab suci dan meningkatkan semangat membaca, mempelajari, serta mengamalkan Al-Qur’an. Menciptakan generasi Qurani menjadi tujuan utama yang ingin diraih.
Pertanyaannya, seberapa besarkah manfaat MTQ bagi umat? akankah menciptakan generasi Qur’ani? atau hanya jadi sekedar ajang menghabiskan anggaran dan “lahan” proyek orang-orang yang dekat dengan kekuasaan tanpa manfaat sama sekali? jawaban bisa beragam, tergantung sudut pandang dan kepentingan.
Antara Prestasi dan Harapan
Untuk di Aceh, sejak pertama kali digelar, ajang MTQ telah menyedot anggaran daerah tak sedikit, bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten, masing kabupaten yang jadi tuan rumah. Hajatan ini telah menjadi kegiatan rutin yang dilaksanakan.
Untuk MTQ ke 35 di Bener Meriah, anggaran yang digelontorkankan sebanyak 8 milyar rupiah yang bersumber APBK Bener Meriah tahun anggaran 2022. Kepala Dinas Syariat Islam Bener Meriah, Taslim menyebutkan jumlah anggaran ini adalah paling terkecil jika dibandingkan dengan anggaran MTQ di tingkat provinsi Aceh pada tahun sebelum-sebelumnya. Ia mencontohkan seperti MTQ di Pidie yang menelan anggaran 25 Milyar.
Biasanya, dalam mendukung pelaksanaan MTQ sejumlah pasilitas juga akan dibangun di daerah tuan rumah MTQ, hal ini menjadi berkah bagi tuan rumah. Seperti pembangunan gedung Gedung Bener Meriah Convention Center (BMCC) di Desa Wonosobo, Kecamatan Wih Pesam, Bener Meriah, sebelumnya direncanakan tempat pelaksanaan MTQ namun kemudian dialihkan ke lapangan Pacuan Kuda Sengeda, karena belum rampung dikerjakan.
Untuk prestasi, Aceh pernah menduduki ranking terbaik bahkan menjadi juara umum di tingkat nasional, namun belakangan prestasi ini kian menurun. Sebagai daerah satu-satunya di Indonesia yang menerapkan Syariat Islam, Aceh sebenarnya mempunyai beban untuk lebih unggul dalam ajang ini. Menurunnya prestasi Aceh dalam MTQ tingkat nasional suka tidak suka telah menunjukan wajah Aceh dewasa ini.
Ajang MTQ tingkat Aceh sejatinya adalah upaya persiapan dalam menghadapi MTQ tingkat Nasional. Para juara di MTQ tingkat Aceh diharapkan menjadi andalan mewakili Aceh di tingkat nasional dan meraih prestasi terbaik mengharumkan nama daerah.
Aceh dan Generasi Qur’ani
Semangat penerapan syariat Islam secara Kaffah di Aceh sepatutnya mampu mencetak generasi-generasi Qur’ani. Masyarakat yang mencintai Al-Qur’an yang menjadi pedoman Umat Islam. Mampu mengamalkan kandungan Al-Qur’an dalam setiap sendi kehidupan.
Penyelenggaraan MTQ menjadi salah satu sarana menjaga kemurnian Al-Quran juga menjadi sarana dakwah untuk lebih mendekatkan Al-Quran kepada masyarakat. MTQ dapat menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam menyebarkan syiar Islam karena unsur seni dalam MTQ mempunyai daya tarik yang dapat mendorong minat masyarakat dalam mempelajari Al-Quran.
Hal ini akan dapat diraih jika MTQ tidak hanya dilihat sebagai acara rutinitas atau sebatas ajang kompetisi dalam seni membaca Quran, namun mesti dipandang sebagai sarana penyebaran dakwah Islam, memperkuat ukhuwah dan mempererat silaturahim.
MTQ selayaknya dapat menambah minat masyarakat dalam membaca dan belajar Al-Quran serta mengupayakan agar Qur’an benar-benar tertanam dalam hati masyarakat, ditengah degradasi moral dan gempuran arus globalisasi dunia saat ini.
Tidak hanya pelaksanaan dilakukan dengan persiapan yang matang, masyarakat juga harus bisa mengambil ilmu dalam setiap kali perhelatan MTQ dan memotivasi generasi muda yang pada gilirannya akan membentuk jati diri yang mulia yakni generasi Qur’ani. (Arsadi Laksamana)